HUBUNGAN
PENDIDIKAN DENGAN EKONOMI
Pendidikan merupakan bagian
terpenting dari proses pembangunan nasional, selain itu pendidikan juga merupakan penentu ekonomi dari suatu
Negara. para ekonom juga sependapat bahwa sumber daya manusia (human resources)
dari suatu bangsa bukan berbentuk modal
fisik ataupun berbentuk material, melainkan merupakan faktor yang akan
menentukan karakter dan kecepatan pembangunan sosial dan ekonomi suatu bangsa.
Factor social ekonomi merupakan factor yang sangat mempengaruhi keputusan
rumaha tangga dalam melakukan investasi pendidikan anak..
Tidak mengherankan beberapa negara di
dunia dengan cepat menanggapi tentang pentingnya investasi manusia sebagai
prioritas utama investasi non fisik. Menurut ekonom klasik seperti Theodore Schultz,
Harvey leiben stein dan Garry S Backer yang mengembangkan analisis mereka,
menganggap pendidikan sebagai bagian dari investasi yang akan memberikan
keuntungan (return) di masa yang akan datang.
Di negara-negara sedang berkembang
umumnya menunjukkan nilai balik terhadap investasi pendidikan relatif lebih
tinggi dari pada investasi modal fisik. Sementara itu di negara-negara maju
nilai balik investasi pendidikan lebih rendah dibanding investasi modal fisik.
Keadaan ini dapat dijelaskan bahwa dengan jumlah tenaga kerja terdidik yang
terampil dan ahli di negara berkembang relatif lebih terbatas jumlahnya
dibandingkan dengan kebutuhan sehingga tingkat upah lebih tinggi dan akan
menyebabkan nilai balik terhadap pendidikan juga tinggi.
Sumber daya manusia yang
berpendidikan akan menjadi modal utama pembangunan nasional, terutama untuk
perkembangan ekonomi. Semakin banyak orang yang berpendidikan maka semakin
mudah bagi suatu negara untuk membangun bangsanya. Hal ini dikarenakan telah
dikuasainya keterampilan, ilmu pengetahuan dan teknologi oleh sumber daya
manusianya sehingga pemerintah lebih mudah dalam menggerakkan pembangunan
nasional.
Pendidikan adalah alat untuk
perkembangan ekonomi dan bukan sekedar pertumbuhan ekonomi. Pada praksis
manajemen pendidikan modern, salah satu dari lima fungsi pendidikan adalah fungsi
teknis-ekonomis baik pada tataran individual hingga tataran global. Fungsi
teknis-ekonomis merujuk pada kontribusi pendidikan untuk perkembangan ekonomi.
Misalnya pendidikan dapat membantu siswa untuk mendapatkan pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan untuk hidup dan berkompetisi dalam ekonomi yang
kompetitif.
Secara umum terbukti bahwa semakin
berpendidikan seseorang maka tingkat pendapatannya semakin baik. Hal ini
dimungkinkan karena orang yang berpendidikan lebih produktif bila dibandingkan
dengan yang tidak berpendidikan. Produktivitas seseorang tersebut dikarenakan
dimilikinya keterampilan teknis yang diperoleh dari pendidikan. Oleh karena itu
salah satu tujuan yang harus dicapai oleh pendidikan adalah mengembangkan
keterampilan hidup.
Para penganut teori human capital berpendapat bahwa pendidikan adalah
sebagai investasi sumber daya manusia yang memberi manfaat moneter ataupun
non-moneter. Manfaat non-meneter dari pendidikan adalah diperolehnya kondisi
kerja yang lebih baik, kepuasan kerja, efisiensi konsumsi, kepuasan menikmati
masa pensiun dan manfaat hidup yang lebih lama karena peningkatan gizi dan
kesehatan. Manfaat moneter adalah manfaat ekonomis yaitu berupa tambahan
pendapatan seseorang yang telah menyelesaikan tingkat pendidikan tertentu
dibandingkan dengan pendapatan lulusan pendidikan dibawahnya.
Sumber daya manusia yang
berpendidikan akan menjadi modal utama pembangunan nasional, terutama untuk
perkembangan ekonomi. Semakin banyak orang yang berpendidikan maka semakin
mudah bagi suatu negara untuk membangun bangsanya. Hal ini dikarenakan telah
dikuasainya keterampilan, ilmu pengetahuan dan teknologi oleh sumber daya
manusianya sehingga pemerintah lebih mudah dalam menggerakkan pembangunan
nasional.
Investasi pendidikan memberikan nilai
balik (rate of return) yang lebih tinggi dari pada investasi fisik di bidang
lain. Nilai balik pendidikan adalah perbandingan antara total biaya yang
dikeluarkan untuk membiayai pendidikan dengan total pendapatan yang akan
diperoleh setelah seseorang lulus dan memasuki dunia kerja.
Ikutnya
dana publik (social cost) ke dalam pembiayaan pendidikan menjadikan keuntungan
sosial (social benefit) layak dipertimbangkan sebagai tolok ukur efektivitas
investasi modal manusia. Dengan kata lain, subsidi pendidikan kepada seorang
siswa (mahasiswa) semestinya bernilai secara efektif untuk masyarakat. Selain
manfaat sosial, pendidikan juga memberi manfaat individu (private benefit)
melalui pendapatan atau akses kepada pekerjaan yang layak. Dalam ekonomi
pendidikan, kedua manfaat itu selalu dijadikan tolok ukur tentang pengaruh
pendidikan terhadap nilai ekonomis, termasuk pembangunan ekonomi.
Di
antara sekian banyak agenda pembangunan bangsa, pendidikan merupakan salah satu
agenda penting dan strategis yang menuntut perhatian sungguh-sungguh dari semua
pihak. Sebab, pendidikan adalah faktor penentu kemajuan bangsa di masa depan.
Jika kita, sebagai bangsa, berhasil membangun dasar-dasar pendidikan nasional
dengan baik, maka diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap kemajuan di
bidang-bidang yang lain. Pendidikan merupakan salah satu bentuk investasi modal
manusia (human investment), yang akan menentukan kualitas sumber daya manusia
(SDM) suatu bangsa.
Dalam
teori pembangunan konvensional, masalah SDM belum mendapat perhatian secara
proporsional. Teori ini masih meyakini bahwa sumber pertumbuhan ekonomi itu
terletak pada konsentrasi modal fisik (physical capital) yang diinvestasikan
dalam suatu proses produksi seperti pabrik dan alat-alat produksi. Modal fisik
termasuk pula pembangunan infrastruktur seperti transportasi, komunikasi, dan
irigasi untuk mempermudah proses transaksi ekonomi. Namun, belakangan terjadi
pergeseran teori pembangunan, bahwa yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi
justru faktor modal manusia (human capital) yang bertumpu pada pendidikan.
Pendidikan mempunyai nilai ekonomi yang demikian tinggi.
Pergeseran
teori ini terjadi bersamaan dengan pergeseran paradigma pembangunan, yang
semula bertumpu pada kekuatan sumber daya alam (natural resource based),
kemudian berubah menjadi bertumpu pada kekuatan sumber daya manusia (human
resource based) atau lazim pula disebut knowledge based economy. Pergeseran
paradigma ini makin menegaskan, betapa aspek SDM bernilai sangat strategis
dalam pembangunan.
Dalam
teori pembangunan kontemporer dikemukakan, bahwa pendidikan mempunyai
keterkaitan yang amat erat dengan pembangunan ekonomi; ada hubungan yang
signifikan antara pendidikan dan pertumbuhan ekonomi di suatu negara. Karena
itu, investasi di bidang pembangunan SDM bernilai sangat strategis dalam jangka
panjang, sebab ia memberikan kontribusi yang amat besar terhadap kemajuan
pembangunan, termasuk untuk memacu pertumbuhan ekonomi.
Penegasan
tentang pendidikan dapat memberi kontribusi pada pertumbuhan ekonomi itu
berdasarkan asumsi, bahwa pendidikan akan melahirkan tenaga kerja yang
produktif, karena memiliki kompetensi, pengetahuan, dan keterampilan yang
memadai. Tenaga kerja terdidik dengan kualitas yang memadai merupakan faktor
determinan bagi peningkatan kapasitas produksi, sehingga memberikan stimulasi
bagi pertumbuhan ekonomi. Jadi nilai ekonomi pendidikan itu terletak pada
sumbangannya dalam menyediakan atau memasok tenaga-tenaga kerja terdidik,
terampil, berpengetahuan, dan berkompetensi tinggi sehingga lebih produktif.
Lebih dari itu, pendidikan dapat mengembangkan visi dan wawasan tentang
kehidupan yang maju di masa depan, serta menanamkan sikap mental dan etos kerja
tinggi. Kedua hal tersebut, secara psikologis, akan melahirkan energi yang
dapat mendorong dan menggerakkan kerja-kerja produktif untuk mencapai kemajuan
di masa depan.
Tenaga
kerja terdidik akan berpengaruh lebih signifikan lagi bila disertai penguasaan
teknologi, untuk mencapai apa yang disebut dengan keunggulan kompetitif
(competitive advantage). Penguasaan teknologi ini sangat penting, karena bisa
mendorong peningkatan produktivitas dan efisiensi. Penguasaan teknologi itu
dimungkinkan bilamana persyaratan modal manusia yang andal telah dipenuhi.
Jadi, antara modal manusia dengan teknologi harus ada persenyawaan, agar
menciptakan kekuatan sinergis sehingga bisa mendorong percepatan pertumbuhan
ekonomi.
Teknologi
memainkan peranan sangat penting dan determinan. Faktor teknologi menjadi
sesuatu yang bersifat imperatif. Sebab, selain perdagangan, teknologi merupakan
kekuatan utama yang menggerakkan globalisasi ekonomi. Jika suatu negara
berhasil menguasai teknologi dengan baik, maka negara tersebut berkemungkinan
besar untuk bisa mengalami lompatan ekonomi yang dahsyat. Dalam hal ini,
teknologi menjadi instrumen bagi berlangsungnya proses transformasi struktural
di bidang ekonomi. Perubahan lingkungan strategis akibat adanya globalisasi,
makin mendorong proses transformasi ekonomi secara amat mendasar, yang bertumpu
pada tiga kekuatan utama: industri, perdagangan, dan jasa.
Jelaslah bahwa investasi dalam bidang
pendidikan tidak semata-mata untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi tetapi lebih
luas lagi yaitu perkembangan ekonomi.
matur suwun.. :)
BalasHapussangat membantu, trimakaasih
BalasHapus