Laman

Minggu, 22 Juli 2012

Mencari Alternatif RI 1?

 Mencari Alternatif RI 1
Oleh : Yopi Eka Anroni,SE
(Mahasiswa Pascasarjana Usakti)
Pada tahun 2014, Rakyat Indonesia akan menentukan pemimpinya. Dua tahun bukan waktu yang lama untuk mencari calon presiden (capres) yang sesuai dengan harapan rakyat. Sekedar contoh, dulu, sebelum benar-benar terpilih menjadi presiden pada Pemilu 2004, Susilo Bambang Yudhoyono juga dipersiapkan jauh-jauh hari oleh sekelompok orang yang menginginkannya menjadi presiden. Mereka itulah yang kemudian mendirikan Partai Demokrat yang persiapannya lebih dari dua tahun.

Tapi bukan berarti sudah tertutup pintu bagi tampilnya capres alternatif dalam waktu kurang lebih dua tahun ini. Karena nyatanya, sampai saat ini, belum ada capres yang sudah muncul di permukaan, yang benar-benar dianggap sesuai dengan keinginan rakyat. Sebagian besar rakyat Indonesia menginginkan tampilnya capres selain yang sudah ada sekarang.
Itulah salah satu isyarat dari hasil survai nasional yang dilakukan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) pada 20 hingga 30 Juni 2012 lalu. Meskipun sudah banyak tokoh yang sudah dicalonkan partainya, dan bahkan sudah melakukan soft campaign dengan memasang iklan di televisi, radio, koran, dan menebar baliho ke seluruh nusantara toh tetap saja, masih belum ada yang dianggap sudah sesuai harapan.

Dalam arti, masih belum ada satu pun yang menjadi pilihan rakyat secara signifikan. Yang dianggap signifikan baru pada tahap popularitas, belum pada elektabilitas. Walaupun popularitasnya sudah ada yang menyentuh angka di atas 90 persen, tapi elektabilitasnya masih di kisaran angka 10 persen ke bawah.

Menurut hasil survai SMRC, popularitas paling tinggi ada pada Megawati Soekarnoputri (93,7%),disusul Jusuf Kalla (88,9%), Prabowo Subianto (78,8%), Wiranto (72,8%), Aburizal Bakrie (70,1), Sultan Hamengku Buwono X (58,3), Anas Urbaningrun (55%), dan Hatta Rajasa (54,1%).

Sedangkan elektabilitas paling tinggi ada pada Prabowo Subianto (10,6%), disusul Megawati (8%), Aburizal Bakrie (4,4%), Jusuf Kalla (3,7%), Surya Paloh (1,4%), Wiranto (1,1%), Sultan HB X (0,9%), Dahlan Iskan (0,9%), dan Hatta Rajasa (0,7%).

Yang menarik, 60 persen dari 1,219 responden belum menentukan siapa dari nama-nama itu yang akan dipilih menjadi presiden mendatang. Jadi, sekali lagi, belum ada satu pun dari capres-capres yang sudah muncul yang benar-benar menjadi pilihan rakyat.

Apakah halini mencerminkan krisis kepemimpinan? Saya kira tidak. Kita punya banyak calon pemimpin, cuma mereka belum punya kesempatan muncul di permukaan. Melihat hasil survai SMRC kiranya inilah peluang terbaik bagi siapa pun yang ingin menjadi presiden untuk tampil, Peluang ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya, selagi masih punya waktu.

Tidak atau belum adanya capres yang difavoritkan menjadi bukti otentik bahwa rakyat membutuhkan figur baru untuk presiden yang akan datang. Rakyat memang mengenal dengan baik capres-capres itu karena pada umumnya mereka sudah tampil, baik sebagai presiden maupun wakil presiden, atau capres maupun cawapres. Tapi sudah mengenal bukan berarti tertarik untuk memilih.

Masih menurut hasil survai SMRC, ada sejumlah persyaratan/kriteria yang akan dipilih responden, yakni amanah dan bisa dipercaya (64,3%), tegas (14,9%), perhatian (12,3%), dan pintar (7,8%). Sisanya bersikap apatis atau tidak peduli dengan kriteria.

Mengapa sebagian besar rakyat belum menentukan pilihan capresnya pada Pemilu 2014? Bisa jadi karena --dari nama-nama yang ada-- belum ada yang dianggap tepat sesuai dengan kriteria sebagaimana yang diinginkan. Mencari orang yang amanah dan bisa dipercaya memang bukan persoalan mudah.

Di luar nama-nama yang sudah muncul, saya yakin masih banyak sosok yang layak dipilih menjadi presiden. Siapa mereka? Bila perlu harus kita cari dan kalau sudah ditemukan, kita dorong agar muncul di permukaan. Langkah ini harus kita lakukan karena bangsa ini benar-benar membutuhkan seorang pemimpin yang mampu, bisa diandalkan, dan yang paling penting penting bisa dipercaya.

Masih sangat terbuka bagi siapapun putra-putri terbaik negeri ini untuk menjadi Presiden 2014-2019. Caranya tentu dengan kerja keras. Tapi mengingat waktunya yang sudah relatif pendek, kerja keras itu harus disosialisasikan pada publik. Dan alat sosialisasi yang sangat efektif adalah media televisi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar